<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3527474561697212"
crossorigin="anonymous"></script>
A. Pengertian, Etiologi, dan Gejala PMS
1. Pengertian PMS
Premenstrual syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala siklik yang biasa terjadi pada wanita dalam usia reproduksi, dengan karakteristik gejala emosional dan fisik yang secara konsisten terjadi dalam fase luteal dari siklus menstruasi. Gangguan kesehatan berupa pusing, depresi, perasaan sensitif berlebihan sekitar 2 minggu sebelum haid biasanya dianggap hal yang biasa bagi wanita usia produktif. PMS memang kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi dan haid. Sindrom ini akan hilang saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah haid selesai.
2. Etiologi PMS
Walaupun penyebab pasti PMS belum diketahui, namun sejumlah penelitian menyebutkan bahwa ketidakseimbangan neurohormon dan neurotransmiter berhubungan erat dengan PMS. PMS menyebabkan gangguan fisik dan psikis. Gangguan fisik terjadi akibat ketidakseimbangan hormon. Pada sebagian wanita dengan PMS, terjadi peningkatan hormon Estrogen berlebihan pada fase luteal.
Ketidakseimbangan hormon menyebabkan tubuh kekurangan vitamin dan terjadi gangguan penyerapan zat gizi. Hal ini pada gilirannya menyebabkan gangguan metabolisme ( terutama lemak dan karbohidrat ). Gangguan metabolisme lemak menyebabkan pembentukan asam lemak tak jenuh ganda omega 6 terganggu dan tubuh kekurangan kadar lemak esensial. Gangguan pada metabolisme karbohidrat menyebabkan pembentukan kadar gula dalam darah rendah. Gangguan pada metabolisme kemudian menyebabkan timbulnya berbagai keluhan, dan hal inilah yang disebut PMS.
Salah satu kemungkinan lain penyebab PMS adalah adanya perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel. Kemungkinan lain, hal itu berhubungan dengan gangguan psikis, perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita.
Sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid. Walaupun demikian, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS. Beberapa faktor yang merupakan predisposisi terjadinya PMS antara lain :
a. Wanita yang pernah melahirkan
PMS makin berat setelah melahirkan beberapa anak, terlebih bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti Preeklamsi.
b. Status perkawinan
Wanita yang telah menikah lebih sering mengalami PMS dibandingkan yang belum.
c. Usia
PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama pada usia 35-40 tahun.
d. Stress
Stress memperberat gangguan PMS
e. Diet
Kebiasaan makan seperti gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk olahan memperberat gejala PMS.
f. Defisiensi zat gizi
Kekurangan zat gizi seperti Vitamin B (terutama B6), Vitamin E, Vitamin C, magnesium, zat besi, seng, asam lemak linoleat memperberat gejala PMS.
g. Kegiatan fisik
Kurang berolahraga dan kegiatan fisik menyebabkan semakin beratnya PMS.
h. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok memperberat gejala PMS.
3. Gejala PMS
Berdasarkan gejalanya, PMS dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
a. Tipe A ( Anxiety )
Ditandai dengan gejala rasa cemas, sensitif, syaraf tegang, perasaan labil. Gejala ini disebabkan karena ketidakseimbangan hormon E dan P. Hormon Estrogen yang berlebihan menyebabkan peningkatan kadar seroronin di otak yang menimbulkan perubahan ”mood”.
b. Tipe H ( Hyperhydration )
Ditandai dengan gejala edema, perut kembung, nyeri payudara, peningkatan berat badan sebelum haid. Salah satu sifat hormon Estrogen adalah membawa air. Akibat tingginya asupan garam, air menjadi tertahan pada jaringan di luar sel, dan terjadi retensi (penumpukan) cairan. Retensi cairan juga menyebabkan sakit kepala dan pinggang pegal.
c. Tipe C ( Craving )
Ditandai dengan gejala rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis (coklat) dan karbohidrat sederhana (gula). Pada umumnya setelah 20 menit menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing, bahkan sampai pingsan. Gejala ini timbul karena pengeluaran hormon insulin berlebih. Gejala ingin makan diakibatkan oleh diet tinggi garam, stress, defisiensi magnesium atau asam lemak esensial (omega 6)
d. Tipe D ( Depression )
Ditandai dengan gejala depresi, menangis tanpa sebab, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, bahkan kadang muncul rasa ingin bunuh diri. Biasanya tipe D ini muncul bersamaan dengan tipe A. Hanya 3% penderita PMS murni tipe D. Kombinasi PMS A dan D didukung oleh faktor stres, kekurangan asam amino tirosin, penyerapan timbal, kekurangan magnesium atau Vitamin B (khususnya B6).
B. Diagnosa dan Penatalaksanaan PMS
1. Diagnosa PMS
Diagnosa PMS ditentukan dengan gejala-gejala seperti di atas pada masa luteal. Di samping itu, harus disingkirkan diagnosa banding PMS, yaitu:
1. Gangguan psikis
2. Anemia
3. Anorexia dan bulimia
4. Gangguan medis kronis (DM, jantung )
5. Dismenorhe
6. Endometriosis
7. Pemakaian pil KB
8. Perimenopause
2. Penatalaksanaan PMS
Penatalaksaan PMS tergantung dari gejala yang dirasakan penderita dan derajat gangguan yang dirasakan. Wanita dengan gejala ringan dapat diberi informasi tentang perubahan pola hidup. Strategi pendukung, seperti catatan harian gejala, dapat menolong dalam mempersiapkan diri menghadapi gangguan. Wanita dengan gangguan berat, penatalaksanaan mencakup terapi obat dan pengaturan pola hidup.
Penatalaksanaan PMS meliputi :
a. Memberikan penjelasan kepada penderita mengenai PMS dan menganjurkan untuk mencatat siklus haid.
b. Pengaturan diet, terdiri dari :
§ memilih karbohidrat kompleks,
§ diet rendah garam dan lemak, tinggi protein, tinggi serat, konsumsi vitamin B, Vitamin C, magnesium, kalsium
§ menghindari kafein, merokok dan alkohol
c. Olahraga teratur, pengurangan stress, mencoba rileks
d. Terapi obat : Antidepresan, diuretik, NSAID, prostaglandin inhibitors, pil kontrasepsi, GnRH analog.
Pada hari pertama atau satu hari menjelang haid, banyak wanita yang mengeluh sakit perut atau tepatnya kram perut. Gangguan ini tidak termasuk PMS walau ada kalanya bersamaan dengan gejala PMS. Kram pada waktu haid merupakan gejala yang paling sering. Gangguan nyeri yang hebat disebut dismenorhea, sangat mengganggu aktivitas wanita, bahkan acapkali mengharuskan penderita beristirahat bahkan meninggalkan pekerjaannya selama beberapa hari.
terimakasih ya bu Bidan / Bu dosen ( Wie ) atas penjelasannya semoga berarti bwat semua :)
BalasHapussama2, amin...^_^
BalasHapus